Terdengar bunyi nada dering bertanda SMS Masuk dari HP Android Mito A15 di dalam saku. Segera saya keluarkan Handphone keduanya dari saku celana. Ada satu sms dari Sa'adah santriwati kelas IV Khusus Ponpes MTI Canduang yang berasal dari nagari Sungai Rimbang Suliki. Ia menanyakan apakah nanti malam saya bisa bertemu dengan mereka yang tergabung ke dalam kelompok multimedia di Ponpes MTI Canduang. Seminggu yang lalu saya sempat satu kali memandu mereka membuat film trial untuk ikut perlombaan yang bertema "cinta-cita santri" yang diadakan oleh MUI Pusat, batas akhir mengirim karyanya adalah pada tanggal 31 Oktober 2016. Langsung saya balas sms Sa'adah mengabarkan bahwa saya tidak bisa hadir nanti malam karena sekarang saya kecelakaan baru jatuh dari tebing batu bukit Posuak Maek. Kepada Sa'adah saya kabarkan bahwa sekarang pinggang dan punggung saya terasa sangat sakit dan tidak bisa digerakkan lagi, sekarang saya lagi istirahat di bawah tebing.
Dengan tetap tenang dan senantiasa ingat kepada Allah SWT, saya ambil Handphone Nokia membuat paket telpon lalu menghubungi bapak Nato Putra mengatakan bahwa saya baru saja jatuh dari tebing, tidak bisa bergerak duduk dan mohon bantuannya untuk menjemput saya. Kemudian saya telphon lagi Bapak Editiawarman anggota Damkar regu Suliki dan juga penyiar Radio Total FM mengabarkan bahwa saya jatuh dari tebing Bukit Posuak. Setelah itu saya telphon lagi Bapak Budi Mulya di Tanjung Pati.
Kemudian saya kabari juga Buya Busra Khatib Alam ketua DPD Front Pembela Islam Sumatera Barat di Bukittinggi mengabari bahwa saya ditimpa musibah jatuh di tebing bukik posuak. Rencananya pada tanggal 1 November 2016 (2 hari setelah itu) saya bersama Laskar Front Pembela Islam Sumatera Barat akan berangkat ke Jakarta mengikuti demonstrasi penistaan Agama yang digelar pada hari Jum’at, 4 November 2016. Dengan pemberitahuan itu saya berharap mudah-mudahan ustazd-ustazd di FPI maklum bila nanti saya tidak jadi ikut berangkat demonstrasi ke Jakarta. Kepada Buya Busra Khatib Alam saya mengabarkan bahwa saya sudah menelpon kawan di Maek untuk minta bantuan dan sekarang mereka sedang berjalan menuju bukik Posuak, beliau berkirim do'a untuk keselamatan saya.
Kemudian masuk lagi telephone dari bapak Nato Putra mengabarkan bahwa ia sudah berjalan bersama petugas medis dengan ambulance menuju lokasi saya jatuh. “Malin ada terdengar suara ambulance? Itu kami, kami sudah menuju ke sana” kata bapak Nato Putra. Kepadanya saya minta bantuan untuk dibawakan air minum dan makanan, saya sedang dalam kehausan dan kelaparan, sejak pagi tadi belum makan.
Dari situ informasi terus menyebar dan banyaklah telpon masuk ke nomor Handphone saya dari Petugas medis, BPBD, Kepolisian, pantia MTQ, Kemenag, teman dan keluarga. Semuanya menyarankan supaya saya menghemat batrai Handphone dan istirahat saja menyimpan tenaga, bila ada orang bersorak memanggil, maka siapkan energi untuk menjawabnya. "Baiklah pak" jawab saya.
Sedikit demi sedikit, saya geser pinggang dan badan mencoba duduk, namun tidak juga bisa, saya coba menggulingkan badan ke kiri supaya lebih dekat ke dinding tebing, eh.. hp Nokia tadi menggelinding jatuh ke dalam lurah dan nyangkut di semak-semak. Dari atas saya masih bisa mendengar Hp itu terus berbunyi bertanda panggilan masuk, namun saya tidak bisa mengambilnya.
Setelah membuat paket telpon lalu saya telpon bapak Nato Putra mengabarkan bahwa "Handphone saya yang satu lagi jatuh ke lembah, nanti kalau mau nelpon, telpon saja ke nomor ini" kata saya. Setelah itu saya menelphon direktur Radio Total FM ibu Yessi Suardi mengatakan bahwa handphone saya yang satu lagi jatuh, tolong kabari Abang ya bu bahwa sekarang nomor inilah yang ada pada saya. Setelah itu, banyaklah telpon masuk ke nomor saya yang satu ini, dari teman, sahabat, keluarga, Polisi, BPBD, jorong, nagari, bapak Camat Bukit Barisan Rahmad Hidayat, dari Bupati Kabupaten Limapuluh Kota Ir. Irfendi Arbi, M.P. Mereka menyarankan supaya saya tenang, menghemat energi, cari posisi yang nyaman dan tunggu aja terus di situ sampai bantuan datang.
Dari bawah sudah kedengaran bunyi beberapa sepeda motor menuju ke atas, saya tenang saja menunggu disitu sambil membalas sms-sms yang masuk. Memandang lurus keatas, saya patut-patuti terus pohon tempat saya jatuh tadi. Saya berucap istighfar menyesali semuanya. "Mengapa saya tadi ke sini ya, mengapa saya tidak istirahat saja tadi di situ dulu menghemat energi kemudian baru turun ke bawah, mengapa dan mengapa lainnya terus datang menggeranyang dalam pikiran saya. Saya teramat sedih menyesali diri teringat anak dan istri tanggungan yang akan saya carikan nafkah. Entah berapa lama nantinya saya berhenti bekerja jadinya, ya Allah betapa banyaknya orang nantinya yang akan saya repotkan. Astaghfirullah.... Astaghfirullah.... saya terus beristighfar, sambil menggenggam sepotong kayu lapuk yang ada di dekat saya. Takutnya nanti ada binatang buas lewat, sedangkan saya tidak punya senjata.
Kemudian saya menunaikan shalat Zuhur dengan bertayamum dan gerakan isyarat dalam keadaan berbaring, demikian juga ketika shalat Ashar. Farhan juga mengikuti saya shalat dengan Tayamum karena disana memang tidak ditemukan air sama sekali untuk berwudhuk.

Tidak lama kemudian datang pula kepala Jorong Koto Gadang Agustar, salah seorang niniak-mamak Sopan Tanah Pondri Noza Datuak Sutan Nan Panjang dan beberapa orang lainnya membawa kain sarung, nasi, minuman dan tas yang berisi obat-obatan. Kita semua makan dan minum di sana. Bidan Erika Mardiana menyuapi saya makan dan memberi obat. Setelah itu saya shalat magrib dengan bertayamum dan gerak isyarat lagi sambil berbaring.
Tiba-tiba suasana terasa hangat dengan sebuah lelucon yang diceritakan oleh Pondri Noza Datuak Sutan Nan Panjang.
Bersambung ke:
0 Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda setelah membaca blog ini dengan bahasa yang sopan dan lugas.