BULETIN JUM'AT TAHUN 2 EDISI 8 - MINANGKABAU TARGET UTAMA KRISTENISASI

Sumatera Barat diklaim sebagai provinsi dengan perkembangan agama Kristen nomor dua di Indonesia, yaitu capai 7% pertahun setelah Riau yang mencapai 8% per tahun. Setelah kita menyusul provinsi Jawa Barat dan Yogyakarta.

Disini nampak Minangkabau menjadi target utama upaya kristenisasi oleh berbagai gerakan
misionaris kristen. Padahal orang Minangkabau menganut prinsip Adat basandi Syarak, Syarak basandi kitabullah yang tidak bisa disebut sebagai orang Minang jika tidak beragama Islam.

Hal ini berdasarkan kepada data hasil penelitian Prof. Dr. Leo Suryadinata, seorang peneliti yang spesialisasinya adalah masalah etnisitas, politik Asia Tenggara dan hubungan internasional Asia.

Di Indonesia, memang mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi statistik membuktikan angka pertumbuhan umat Islam Indonesia kalah dibandingkan dengan pemeluk Kristen. Sebabnya adalah upaya Kristenisasi yang massif terjadi di negeri ini. Sebagai orang Minang kita sangat terbuka dengan orang luar bahkan dengan penganut agama lain, kita tidak anti terhadap mereka hanya saja kita wajib memahami arus kristenisasi sebagai upaya untuk menjaga keyakinan dan budaya kita.

Coba renungkan, mengapa di negeri kuat beradat ini, yang masyarakatnya selalu mendengungkan falsafah Adat basandi syarak, Syarak basandi kitabullah perkembangan agama Kristen naik pesat menjadi 7% per tahun? Apakah karena mereka sangat pandai atau kita yang sedang lalai? Bangunlah saudara!

Angka statistik pertumbuhan umat Islam Indonesia pada sensus penduduk 1990 mencapai 87,6 %. Pada tahun 2000 meningkat menjadi 88,2 %. Hanya 1,2 % per tahunnya. Sedangkan Kristen dua kali lipat dari kita, yaitu 2.4 %. Kalau diturunkan lagi ke tingkat Sumatera Barat, perkembangan umat Islam menyusut sedangkan pertumbuhan umat Kristen mencapai 7 %  / tahun. Mengapa?

Masyarakat Minang memang terbuka dengan budaya luar, namun karakter nenekmoyang kita sangat teguh memegang Adat. Yaitu adat yang berlandaskan syarak, syarak berlandaskan kepada Kitabullah. Orang lain yang tinggal secara adat di Minangkabau harus dihormati dan dijaga. Namun kalau masalah keyakinan tidak bisa di ubah-ubah.

Saudara, kaum muslimin! Agama Kristen masuk ke Minangkabau bersamaan dengan masuknya Belanda ketika terjadinya Perang Paderi di awal abad ke 19. Gereja-gerejapun berdiri di hampir semua kota di mana orang-orang Belanda yang terlibat dalam pemerintahan dan militer dan serdadu-serdadu serta polisi-polisi pribumi yang Kristen dari Ambon, Menado dan Jawa, juga masuk. Hampir tanpa kecu-ali, semua kota-kota dibangun gereja oleh Belanda.

Tentu kita tahu, bahwa yang Bukittinggi dan Batu Sangkar sekarang ini, dulu di zaman Belanda namanya Fort de Kock dan Fort van der Capellen. Kata “Fort,” yang berarti Benteng. Tujuan awal pembangunan kota ini adalah sebagai benteng untuk menghadapi perlawanan dari gerakan
kaum Paderi.

Belanda juga membangun sekolah-sekolah dan rumah sakit. Fasilitas itu dimanfaatkan oleh Zending (Misionaris) untuk mengajak orang-orang di sekitarnya untuk masuk Kristen. Ternyata orang Minang tidak gampang dimasuki, karena telah terjalin sebuah sistem budaya ikatan simbiotik yang erat antara adat dan Islam. Akhirnya yang menjadi incaran mereka adalah para pendatang, khususnya Cina, Mentawai, Batak dan Jawa. Orang Cina berhasil terpedaya untuk memasukkan anak-anak mereka ke sekolah kristen, karena demikian, banyak dari anak-anak mereka yang masuk menganut agama Kristen.

Minangkabau selama ini telah dikenal dengan keislaman yang kental yang telah berurat berakar ke dalam diri masyarakatnya. Maka jangan heran kalau kondisi seperti itu dijadikan sebagai tantangan oleh misionaris dan menjadikan kita sebagai target utama kristenisasi. Para misionaris Kristen tidak berhenti sampai di situ saja, mereka terus bergerak dengan cara yang hebat dan dengan dukungan dana yang banyak.

Gerakan kristenisasi di Ranah Minang semakin menampakkan hasil sejak tahun 1950-an, yaitu melalui beberapa orang Pemuda Minang yang berada di Singapura. Mereka telah lebih dulu masuk Kristen. Ketika pulang ke kampung, mereka melakukan pengabaran injil dan membujuk anak-anak muda Minang untuk masuk ke agama barunya. Cara-cara yang mereka lakukan ternyata berhasil membawa beberapa orang pemuda Minang masuk Kristen. Kelompok inilah yang pertama masuk Kristen, tetapi itu pun tidak lama bertahan, mereka kembali masuk Islam karena motifnya tidak lebih dari sikap pragmatis. Kondisi ekonomi yang serba sulit, kemudian dijanjikan hal-hal yang sangat kontra-produktif dengan sikap dasar orang Minang. Lama kelamaan tujuan misi terungkap sehingga banyak diantara mereka yang menyatakan keluar dan kembali lagi kepada  Islam.

Kegiatan kristenisasi semakin jelas dan meningkat sejak tahun 1950-an, seiring dengan adanya program transmigrasi. Bersamaan dengan itu, misi kristenisasi juga dilakukan melalui asimilasi masyarakat Minang melalui perkawinan. Namun, pendekatan ini ditolak secara mentah-mentah oleh masyarakat Minang, bahkan menimbulkan reaksi keras dari berbagai kalangan. Meskipun demikian masih ada yang berhasil dibawanya.

Gerakan tersebut semakin gencar dilakukan,bahkan tidak pandang bulu. Seiring dengan itu, pendirian gereja pun semakin gencar dilakukan ditengah-tengah komunitas umat Islam, tambah lagi dengan menjamurnya unit-unit pelayanan sosial, kemanusiaan dan kesehatan.

Pada tahun 1970-an upaya pemurtadan dilakukan dengan cara mendirikan Rumah Sakit Baptis Immanuel di Bukittinggi. Tetapi misi mereka cepat tercium dan akhirnya ditolak. Keberhasilan menggagalkan proyek tersebut tidak terlepas dari peran semua komponen masyarakat Minang, terutama Buya H. M. D. Dt. Palimo Kayo, mantan Ketua MUI Sumbar, Buya Mohd. Natsir, Buya Hamka, mantan Ketua MUI Pusat. Setelah itu kita berhasil mendirikan Rumah Sakit Islam (Ibnu Sina) dan Rumah Sakit Immanuel diambil alih pemerintah dengan mengubah nama dan statusnya.

Pada tahun-tahun berikutnya, mereka bukannya berhenti tetapi malah semakin menggila. Intensitas gerakan salibisasi ditingkatkan dengan masuk secara terang-terangan ke tengah-tengah masyarakat Minang dengan melakukan cara-cara kotor seperti hipnotis, sihir, pekerkosaan, dan pemaksaan.

 Akhir-akhir ini terdengar kabar bahwa sudah lebih dari 30-an orang Minang yang menjadi Pendeta Kristen, diantaranya adalah:

  1. Pdt. Akmal Sani, asal Koto Baru Pangkalan, 50 Kota. Dialah tokoh dibalik Injil berbahasa Minang. Pendiri dan Ketua PKSB (Persekutuan Kristen Sumatera Barat.
  2. Pdt. Yanuardi Koto, asal Lubuk Basung, Kab. Agam. Ketua Yayasan Sumatera Barat yang berkantor di Jakarta, sebagai lembaga pencari dana dari Luar Negeri dan pengatur Misi pemurtadan. Ia adalah tokoh yang berada dibalik peristiwa Wawah pada tahun 2001. Dimana siswi MAN 2 Padang itu diculik, dibius, diperkosa lalu dibaptis.
  3. Pdt. Syofyan, asal Lintau, kab. Tanah Datar, pimpinan Sekolah Tinggi Teologia (STT) milik *DWM* Amerika, berada di desa terpencil di bilangan Majalengka, Jawa Barat. Merupakan pusat pendidkan dan pembinaan Pendeta untuk Minangkabau abad ke 21. Paling tidak (data 2005) sudah 623 orang anak Minang yang sudah dikristenkan sejak tahun 2000. Mereka disebar di Pulau Jawa, diasramakan, disekolahkan, dikuliahkan, dimodali berdagang, dihidupi, dan diawasi.
  4. Pdt. Mardjohan Rasyid, asal Sawahlunto, juga pimpinan PKSB


Itulah diantara putra-putra Minang yang menggerakkan kristenisasi di Minangkabau. Akankah kita tetap lengah dalam tidur lelap?

Ini adalah isi buletin Jum'at CV. Barito Minang Edisi: 08 Tahun II / 1 Jumadil Ula 1436 H / 20 Februari 2015 M

Download Versi JPEG nya:

Posting Komentar

3 Komentar

  1. Boleh minta biografi pdt. Narjohan Rasid?

    BalasHapus
  2. Waktu saya merantau ditanjung pinang 4 orang minang asal padang panjang telah masuk kristen.. kejadian tahun 2001 sampai 2005.. 3 laki2 1 perempuan.. 2 dari orang tersebut berhasil saya temui .. laki2 murtad nikah sama amoy kristen.. dan perempuan nikah sama dokter perempuan.. ini bukan fiktif saya bisa membuktikan dengan bertemu lansung dengan yang murtad.. hati2 orang minang jasi target

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar anda setelah membaca blog ini dengan bahasa yang sopan dan lugas.