Hal ini bermula ketika Madegan Ihsan komplain kepada Jovi petugas Dishub kota Padang. Ia tidak terima 6 armada bus milik KPN Pemko Padang yang ia bawa kosong tidak dapat penumpang. Dan ia tetap minta dibayar penuh yaitu 2.5 juta rupiah kepada panitia. Bus KPN itu telah standby di pelabuhan sejak pukul 17.00 Wib. tadi kata Madegan. Kalau tahu akan seperti ini, lebih baik tadi sore kami bawa bus-bus ini beroperasi di tempat lain. Sekarang kami merasa dirugikan, waktu kami terbuang percuma tanpa hasil ciletuk Madegan.
Melihat hal demikian Ketua IKCK Muharam Ibrahim memanggil mereka, Jovi menghadap dan menerangkan halnya kepada Ibrahim. Ketua IKCK itu minta Jovi memanggil operatornya. Lalu Madegan dipanggil menghadap. Terjadilah adu mulut antara panitia dan Madegan. Tadi Ibrahim sendiri telah menyepakati dengan Madegan angka 300 ribu rupiah untuk satu bus. Setelah berpisah Madegan komplain lagi kepada Jovi Dishub Kota Padang mengungkapkan ketidak puasannya. Ibrahim marah hingga ia kelepasan tangan hingga wajah Madegan tertampar karena ketidak konsistenannya. Akhirnya panitia membayar juga sebanyak 2 juta rupiah untuk keenam bus itu, lebih 2 ratus ribu dari kesepakatan tadi.
Jovi petugas Dishub Kota Padang mengaku bahwa yang menghubungi Madegan Ihsan itu adalah Jovi sendiri. Seharusnya panitia bernegosiasi langsung dengan kami, bukan dengan Madegan. Sopir-sopir itu adalah tanggung jawab kami, dan kamipun bertanggung jawab kepada panitia tambah Jovi.
Herry Wanda mengaku memiliki beban moril dengan armada dan sopir-sopir yang dipanggilnya. Karena semuanya hanya dengan modal "air ludah saja" istilah Wanda. Tanpa didahului dengan persekot atau uang muka. Tapi kami percaya saja dengan ikhlas hati membantu dunsak-dunsanak kami yang pulang dari rantau. Wanda menambahkan uang pribadi sejumlah 600 ribu rupiah untuk menutupi ketidak puasan Madegan Ihsan.
Madegan Ihsan mengaku tetap merasa direndahkan karena ditanpar di depan orang ramai dan didepan sopir-sopirnya. "Apa lagi saya sempat di belototi dan dihardik oleh panitia yang berusia lebih muda dari saya yang tidak menaruh sopan sedikitpun kepada yang tua. Gara-gara dia saya marah. Padahal tadi saya sangat hormat kepada komandan", ciletuk Madegan.
Herry Wanda mengaku repot menjalankan tugas ini. Hal ini dilakukannya hanya karena keikhlasan hati membantu dunsanak-dunsanak yang pulang dari rantau dan atas disposisi surat dari pimpinannya, tanpa mendapatkan uang sepersenpun. Namun demikian tidak ada seorangpun dari panitia ataupun penumpang yang mengucapkan terimakasih. "Biarlah Allah saja yang membalas, kita bersyukur kepada Allah karena telah berbuat semampu kita. Kita mesti tetap bersyukur kawan-kawan....." Teriak Herry meninggalkan pelabuhan.| CMC-003
0 Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda setelah membaca blog ini dengan bahasa yang sopan dan lugas.